Jumat, 19 Desember 2014

Evolusi Teori Manajemen


1. Sejarah perkembangan Manajemen
·         Pemikiran awal mengenai manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen.[3] Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang masing-masing melakukan pekerjaan khusus-perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut "pabrik." Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.

2. EVOLUSI TEORI MANAJEMEN
Aliran Manajemen  ilmiah dipelopori oleh Robert Owen dan Charles Babbege. Tokoh yang banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan manajemen ilmiah adalah Frederick Winslow Taylor, Frank dan Lillian Gilbreth, Henry L. Gantt, dan Harrington Emerson.
Robert owen (1771-1858)
Robert Owen berpendapat bahwa peningkatan kondisi kerja karyawan dapat meningkatkan hasil produksi dan laba, dan investasi yang paling menguntungkan adalah karyawan atau pekerja.

Charles babbege (1792-1871)
Charles Babbege adalah seorang mahaguru matematika dari Inggris. Dia adalah perintis jalan bagi lahirnya manajemen berdasarkan ilmu (manajemen ilmiah). Observasinya tentang metode dan menekankan pentingnya efisiensi kerja pada pekerja dan perlunya ditentukan jumlah biaya yang pasti pada setiap proses dalam produksi suatu jenis barang.  

Frederick Winslow Taylor (1856-1915)
Frederick Winslow Taylor adalah tokoh yang mengembangkan scientific management (manajemen ilmiah). Secara singkat, pokok-pokok ajaran    F. W. Taylor adalah sebagai berikut:

A. Time Study (penelaahan waktu)
Penyelidikannya tentang penggunaan waktu kerja dengan mempergunakan stopwatch, micro motion camera, dan alat ukur lainnya. Berkat penelitian ini dapat dihemat waktu kerja dan penggunaan tenaga yang tidak sedikit.

B. Differential Piece Rate System (sistem rata-rata per potong diferensial)

Sistem upah demikian dimaksudkan untuk mendorong daya produktivitas yang lebih tinggi, daan F. W. Taylor mempergunakan sistem per potong dalam penghitungannya.

C. The Art of Cutting Metals (seni memotong logam)
Penelitian ini dilakukan oleh F. W. Taylor terhadap semua faktor yang berhubungan dengan pemotongan logam atau baja, seperti jenisnya, garis tengahnya, karatannya, tebal bilahnya, bentuk tajamnya alat, pengaruh tuangan atau tindakan-tindakan lain untuk mendinginkan.
Henry L. Gantt (1861-1919)
Henry L. Gantt  mengemukakan gagasan-gagasan:
1.    Kerjasama yang saling menguntungkan antara tenaga kerja dan manajemen,
2.    Seleksi ilmiah tenaga kerja,
3.    Penggunaan instruksi-instruksi kerja yang terinci, dan
4.    Sisten insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas.
Frank Gilberth dan Lillian Gilberth (1868-1924 dan 1878-1872)

Frank Gilberth, seorang pelopor pengembangan studi gerak dan waktu, menciptakan berbagai teknik manajemen yang diilhami Taylor. Lillian Gilberth lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam bekerja, seperti seleksi, penempatan dan latihan personalia. Baginya, manajemen ilmiah mempunyai satu tujuan akhir: membantu para karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai makhluk hidup.

Harrington Emerson (1853-1931)

Pemborosan dan efisiensi adalah masalah-masalah yang dilihat Emerson sebagai penyakit sistem industri. Oleh sebab itu Emerson mengemukakan 12 (dua belas) prinsip-prinsip efisiensi (twelve principles of efficiency) yang secara ringkas adalah sebagai berikut:
A. Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas.
B. Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
C. Adanya staff yang cakap.
D. Disiplin.
E. Balas jasa yang adil.


  3. Teori manajemen klasik
Teori manajemen klasik menurut pendapat beberapa ilmuwan.
Secara keilmuan, manajemen baru terumuskan kurang lebih di abad 18 atau awal abad 19 Masehi. Diantara tokoh-tokoh yang mula-mula memperkenalkan manajemen secara keilmuan adalah Robert Owen (1771-1858) dan Charles Babbage (1972-1871).

Owen seorang pembaru dan indrustrialisasi dari Inggris adalah di antara tokoh pertama yang menyatakan perlunya sumber daya manusia di dalam organisasi dan kesejahteraan pekerja. Sedangkan Babbage seorang ahli matematika dari Inggris orang yang pertama kali berbicara mengenai pentingnya efisiensi dalam proses produksi. Dia meyakini akan perlunya pembagian kerja dan perlunya penggunaan matematika dalam efisiensi penggunaan fasilitas dan material produksi (Ernie dan Saefullah: 2005).

1. Robert Owen (1771 - 1858)
Owen menekankan tentang peranan sumberdaya manusia sebagai kunci keberhasilan perusahaan.Dilatar-belakangi oleh kondisi dan persyaratan kerja yang tidak memadai, dimana kondisi kerja sebelumnya dan kehidupan pekerja pada masa itu sangat buruk.
Owen berkesimpulan bahwa manajer harus menjadi pembaharu (reformer). Beliau melihat peranan pekerja sebagai yang cukup penting sebagai aset perusahaan. Pekerja bukan saja merupakan input, tetapi merupakan sumber daya perusahaan yang signifikan. Ia juga memperbaiki kondisi pekerjanya, dengan mendirikan perumahan (tempat tinggal) yang lebih baik. Beliau juga mendirikan toko, yang mana pekerjanya tidak kesusahan dan dapat membeli kebutuhan dengan harga murah. Ia juga mengurangi jam kerja dari 15 jam menjadi 10,5 jam, dan menolah pekerja dibawah umur 10 tahun.
Owen berpendapat dengan memperbaiki kondisi kerja atau invertasi pada sumber daya manusia, perusahaan dapat meningkatkan output dan juga keuntungan. Disamping itu Owen juga memperkenalkan sistem penilaian terbuka dan dilakukan setiap hari. Dengan cara seperti itu manajer diharapkan bisa melokalisir masalah yang ada dengan cepat.
2. Charles Babbage (1792 - 1871)
Menganjurkan untuk mengadakan pembagian tenaga kerja dalam kaitannya dengan pembagian pekerjaan. Sehingga setiap pekerja dapat dididik dalam suatu keterampilan khusus. Setiap pekerja hanya dituntut tanggungjawab khusus sesuai dengan spesialisasinya.
Dengan metode kuantitatifnya beliau percaya :
A. Bahwa prinsip-prinsip ilmiah dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi produksi, produksi naik biaya operasi turun.
B. Pembagian Kerja (division of labor); dengan ini kerja/operasi pabriknya bisa dianalisis secara terpisah. Dengan cara semacam ini pula training bisa dilakukan dengan lebih mudah.
C. Dengan melakukan pekerjaan yang sama secara berulang-ulang, maka pekerja akan semakin terampil dan berarti semakin efisien.

4. PENDEKATAN HUBUNGAN MANUSIAWI
·         Gerakan hubungan manusiawi (human behavior)
Pada tahap aliran perilaku atau hubungan manusiawi organisasi melihat pada hakikatnya adalah sumber daya manusia. Aliran ini mernandang aliran klasik kurang lengkap karena terlihat kurang mampu mewujudkan efisiensi produksi yang sempurna dengan keharmonisan di tempat kerja. Manusia dalam sebuah organisasi tidak selalu dapat dengan mudah diramalkan prilakunya karena sering juga tidak rasional. Oleh sebab itu para manajer perlu dibantu dalam menghadapi manusia, melalui antar lain ilmu sosiologi dan psikologi.

Ada tiga orang pelopor aliran perilaku yaitu :
1. Hugo Munsterberg (1863 -1916)
Yaitu Bapak Psikologi Industri.Sumbangannya yang terpenting adalah berupa pernanfaatan psikologi dalam mewujudkan tujuan-tujuan produktivitas sarna seperti dengan teori-teori manajemen lainnya. Bukunya "Psychology and Indutrial Efficiency", ia memberikan 3 cara untuk peningkatkan produktivitas:

A.     Menempatkan seorang pekerja terbaik yang paling sesuai denganbidang pekerjaan yang akan dikerjakannya.

B.   Menciptakan tata kerja yang terbaik yang memenuhi syarat-syarat psikologis untuk memaksimalkan produktivitas.

C.   Menggunakan pengaruh psikologis agar memperoleh dampak yang paling tepat dalam mendorong karyawan.

2. Elton Mayo (1880 -1949)
Gerakan memperkenalkan hubungannya yang diartikan sebagai satu gerakan yang memiliki hubungan timbal batik manajer dan bawahan sehingga mereka secara serasi mewujudkan kerjasama yang memuaskan, dan tercipta semangat dan efisiensi kerja yang memuaskan. Disini terlihat adanya peran faktor-faktor sosial dan psikologis dalam member dorongan kerja kepada karyawan.
Satu hal yang menarik dari hasil percobaan Mayo dengan kawan-kawan adalah rangsangan uang tidak menyebabkan membaiknya produktivitas.

·         Penerapan konsep mutu pada teori hubungan manusia
Teori ini berargumentasi bahwa pada dasarnya manusia selalu melakukan respon terhadap konteks social dimana oub dia berada.
Salah satu kontributor teori ini adalah Douglass McGregor yang memperkenalkan kita bahwa pada dasarnya manusia dapat diklarifikasikan menjadi tipe X dan tipe Y. Mereka yang bertipe X cenderung bersifat pasif,malas,tidak mau bekerja kecuali kalau disuruh, kurang inisiatif dan kurang menyukai tantangan serta akan berdisi[;n jika diawasi. Pada kategori ini pendekatan manajem yang dilakukan dengan pengarahan dan pengawasan yang menyeluruh dan terus-menerus. Sedangkan untuk mereka yang bertipe Y memiliki karakteristik proaktif,menyukai tantangan dan pekerjaan,memiliki banyak ide dan inisiatif,serta berdisiplin adalah bagian dari tatangan prestasi yang ingin dia capai.untuk yang berkategori ini,pendekatan manajemen lebih kepada pendekatan delegasi dan kepercayaan dari pada pengawasan terus-menerus dan menyeluruh. 

selanjutnya klik disini

Evolusi Teori Manajemen part 2



5. PENDEKATAN MANAJEMEN MODERN
·         Teori perilaku dan teori kuantitatif
Teori Kuantitatif (Riset Operasi dan ilmu manajemen):
Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer—untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya analisis jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien model kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain.
Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids".
Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.
Ditandai dengan perkembangan tim-tim riset Operasi dalam pemecahan masalah-masalah industri, sejalan dengan perkembangan dunia teknologi, prosedur-prosedur riset operasional kemudian diformulasikan dan disebut dengan aliran Management Science.

·         Manajemen modern dan tantangan-tantangannya
Manajemen modern adalah manajemen yang pada periodenya ditandai dengan sudah dipelajari manajemen sebagai ilmu yang mempunyai dasar-dasar logika ilmiah, sehingga banyak melibatkan ahli manajemen maupun ahli ekonomi untuk melakukan penelitian tentang manajemen yang menghasilkan berbagai teori maupun aliran manajemen. Teori-teori ini pertama kali dirintis oleh; Robert Owen, Adam Smith, Charles Babbage dan Max Weber.
Manajemen modern dalam pengembangannya dibagi menjadi dua, pertama aliran hubungan manusiawi (perilaku organisasi), dan kedua berdasar pada manajemen ilmiah atau manajemen operasi.

Prinsip Dasar Perilaku Organisasi :
1.    Manajemen tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat peranannya
2.    Manajemen harus sistematis, pendekatannya harus dengan pertimbangan konservatif.
3.    Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi.
4.    Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan.


·         Tantangan manajemen modern
1. Globalisasi
Mungkin, perubahan terbesar dari abad ke-21 adalah bahwa dunia sekarang telah menjadi sebuah desa global. Globalisasi membawa banyak kemungkinan yang menarik, peluang yang menguntungkan dan seluruh dunia sebagai, pasar global yang besar. Tapi di sisi lain, globalisasi juga membawa banyak masalah dan sakit kepala untuk manajer saat ini. Berhasil menanggapi globalisasi telah benar-benar menjadi tantangan manajemen terbesar abad ke-21.

2 Teknologi Informasi:
Memiliki pengetahuan di bidang teknologi informasi pada saat ini menjadi hal yang perlu,agar lebih memudahkan dalam berhubungan dengan rekan bisnis maupun dengan karyawan.Selain itu, manajemen juga perlu untuk mengeksplorasi kemungkinan pemasaran online.
.
  3. Bersaing dengan Buruh Rendah-Biaya:
Tantangan modern besar lain dalam manajemen adalah untuk menemukan cara untuk meminimalkan biaya operasi Anda. Banyak perusahaan yang menggunakan tenaga pekerja yang murah. Ini adalah salah satu tantangan modern terbesar dalam manajemen.


 4. Keanekaragaman dalam Tenaga Kerja: Keanekaragaman Tenaga Kerja
Mengelola orang, yang sangat berbeda satu sama lain, juga merupakan salah satu tantangan manajemen modern. Tenaga kerja tidak pernah lebih beragam. Hal ini umumnya dikenal sebagai keragaman tenaga kerja dan itu berarti bahwa organisasi sekarang cepat menjadi campuran yang berbeda kelompok usia, jenis kelamin, budaya, ras dan etnis. Mengelola tenaga kerja yang memiliki perempuan,orang-orang muda,dan orang-orang milik negara yang berbeda, agama dan budaya, telah menjadi perhatian global dan tantangan manajemen.
.
 5. Organisasi Belajar:
Konsep organisasi belajar 'pertama kali disajikan oleh Peter Senge. Menurut konsepnya, karyawan, yang berkomitmen untuk sebuah organisasi, bekerja lebih keras dan menghasilkan hasil yang lebih baik. Itu sebabnya ia mengusulkan bahwa organisasi harus berinvestasi pada karyawan mereka dan memfasilitasi pembelajaran anggotanya. Sebagai hasil dari itu, organisasi benar-benar mengembangkan dan mentransformasikan dirinya. Selain itu, memiliki 'learning organization' tidak ada jaminan bahwa karyawan akan tetap setia kepada organisasi itu dan tidak akan mengejar tawaran yang lebih baik. Jadi itu hal lain bahwa manajemen harus melihat ke dalam hal itu.

6. PENDEKATAN SISTEM MANAJEMEN
·         Pendekatan sistem manajemen
A. Pendekatan Tingkah Laku
Pendekatan ini didasarkan pada teori bahwa manajemen berarti pencapaian tujuan dengan bantuan orang lain, maka mempelajari manajemen harus dipusatkan pada hubungan antara orang. Kadang-kadang juga disebut penelaahan “human factor approach” (Liem Tjeng Bie) atau “behavior science approach”. 
Pendekatan ini merupakan perkembangan dari penerapan ilmu-ilmu tentang perilaku dan ilmu jiwa sosial pada manajemen. Menurut pendekatan ini, titik fokus tindakan manajerial adalah perilaku manusia. Apa yang dicapai, bagaimana mencapainya dan mengapa dapat dicapai dipandang ada kaitannya dengan dampaknya dan pengaruhnya terhadap manusia.
B. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif dikenal juga sebagai pendekatan matematis. Di dalam studi manajemen, pendekatan ini menitik beratkan peranan pemakaian data angka, matematika, dan statistik dalam membantu manajemen dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Karena itu, studi manajemen diberi label penelitian operasi (operations research) atau ilmu manajemen (management science).
Pendekatan kuantitatif terhadap manajemen titik berat terletak pada optimalisasi atau minimalisasi usaha dengan penggunaan model-model matematika, statistik, ekonometri, dan lain-lain sangatlah besar.

C. Pendekatan Proses
Pendekatan manajemen dalam hal ini menganggap manajemen sebagai suatu proses aktivitas yang terdiri dari berbagai sub-aktivitas yang masing-masing merupakan fungsi fundamental manajemen. Menurut Terry sub-aktivitas tersebut meliputi: perencanaan, pengorganisasian, peng-gerakan, dan pengawasan. Keempat sub-aktivitas tersebut merupakan fungsi fundamental manajemen yang berkaitan erat satu sama lain: suatu fungsi tidak seluruhnya terhenti sebelum fungsi berikutnya dimulai. Dalam keadaan saling pengaruh keempat fungsi fundamental manajemen itu sama-sama membentuk proses manajemen merupakan suatu sirkulasi berkelanjutan yang tak berujung.

D. Pendekatan Sistem
Sesuai dengan namanya, pendekatan ini memandang manajemen sebagai suatu sistem. Pengertian sistem dapat dirumuskan sebagai suatu totalitas himpunan bagian-bagian yang satu sama lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi mencapai suatu tujuan tertentu di dalam suatu lingkungan. Bagian-bagian atau subsistem-subsistem tersebut merupakan kompleksitas tersebut, tetapi dalam kebersamaan mencapai suatu tujuan itu, berlangsung secara harmonis dalam keteraturan yang pasti.
Suatu sistem terdiri dari “input”, “proses transpormasi”, dan “output” yang merupakan suatu totalitas, yang digerakkan oleh sistem-sistem yang lebih kecil yang dinamakan subsistem tadi, dan tidak lepas dari kaitannya dengan sistem yang lebih kecil yang dinamakan subsistem tadi, dan tidak lepas dari kaitannya dengan sistem yang lebih luas.

E. Pendekatan Kontijensi (Berdasarkan keadaan/Peluang)
Pendekatan kontijensi (contingency approach) disebut juga dengan pendekatan situasional (situational approach) Pendekatan ini termasuk pendekatan yang relatif baru muncul yang berpendapat bahwa tidak ada resep  yang  terbaik  untuk  mengatasi  masalah  tertentu  dan   menekankan. Pentingnya relevansi tindakan manajerial dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam lingkungan. Dengan demikian, menurut pendekatan ini, manajemen dipandang harus  sesuai dengan lingkungan, pemecahan masalah yang terbaik adalah menyelesaikan dengan situasi/kontijensinya.

7. PENDEKATAN KONTINGENSI
·         Pendekatan kontingensi (situsional )
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif (berdasarkan perbandingan) baru diantara teori-teori manajemen yang telah dikenal. Manajemen kontingensi berupaya untuk melangkah keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan menuju kondisi situasional.
Salah seorang penulis manajemen kontingensi yang bernama Fred Luthans menyatakan, “pendekatan-pendekatan tradisional dalam bidang manajemen, tidak salah atau keliru, tetapi dewasa ini mereka tidak terlampau cocok. Terobosan baru terhadap teori dan praktik manajemen dapat kita temukan pada pendekatan kontingensi.”Raymond A. Katzell dalam sebuah makalahnya yang berjudul “Contrasting System Work Organization”, mengemukakan adanya lima macam parameter situasional :
a)    Besar kecilnya organisasi yang bersangkutan
b)    Tingkat interaksi dan interpendansi para anggota organisasi
c)    Kepribadian para anggota organisasi
d)    Tingkat kongruensi atau disparitas antara tujuan organisasi dan tujuan para karyawan organisasi yang bersangkutan
e)    Siapa saja dalam organisasi yang bersangkutan memiliki kemampuan dan motivasi yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan-tindakan guna mencapai sasaran organisasi tersebut.
Macam pendekatan kontingensi :
1.    Model kepemimpinan kontingnsi dari Friedler
2.    Model tiga dimensi kepemimpinan dari reddin
3.    Model kontinum kepemimpinan dari Robert Tanenbaum dan  Warrem Schmidt